Bincang-Bincang dengan Veteran RI
Bina Antarbudaya memutuskan untuk menghubungi Yayasan Sahabat Veteran (SAVE) sebagai pihak yang dapat memfasilitasi pertemuan dengan para Veteran Indonesia. SAVE banyak bercerita tentang kondisi para Veteran di Jakarta. Sayangnya saat ini banyak sekali pemuda yang kurang menyadari keberadaan para Veteran kita ini. Jika kita menyebut pahlawan, mungkin yang terbersit di benak kita adalah para pahlawan yang telah gugur di medan perang. Tanpa kita sadari Veteran ini adalah para pahlawan yang masih hidup. Para Veteran ingin kembali dikenal oleh pemuda-pemudi supaya mereka bisa meneruskan cerita bagaimana bangsa ini dibangun, dan memberi pesan layaknya orangtua ke anak-anaknya.
Maka minggu lalu, saya dan Kak Ardani sebagai salah satu relawan Chapter Jakarta pergi ke Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Jakarta Selatan di daerah Kalibata. LVRI ini adalah satu-satunya organisasi massa Veteran yang menghimpun para Veteran RI. LVRI di Jakarta Selatan ini diketuai oleh Bapak Haryono Achmad. Tapi hari itu kami bertemu dengan Pak Soekarto yang menjabat sebagai Sekretaris LVRI.
Pak Soekarto ini berumur 82 tahun. Beliau tinggal di Tebet bersama anak dan cucunya. Pak Soekarto juga menjabat sebagai ketua RT di lingkungan rumahnya. Setiap Hari Senin – Sabtu Beliau datang ke kantor LVRI. Beliau seringnya berjalan dari rumahnya ke kantor LVRI, sekitar 30 menit katanya. Dengan bangga Beliau berkata, “Saya kan pejuang. Tidak masalah kalau cuma jalan kaki”
Obrolannya berlanjut mengenai cerita perjuangannya dahulu. Pak Soekarto berjuang di daerah Blitar, Jawa Timur. Beliau tergabung dengan pasukan yang masuk hutan, naik turun gunung, dan menghindari jalan utama. Beliau bercerita bahwa banyak pasukan Belanda yang masih pelajar dan sebenarnya dipaksa wajib militer ke Indonesia. Oleh karena itu pasukan Indonesia lebih pemberani karena mereka memang sudah siap berjuang untuk Indonesia. Mereka berjuang tanpa paksaan dan murni demi kemerdekaan Indonesia. Mereka siap mengorbankan apa saja untuk itu. Saat ini Pak Soekarto sedikit menyayangkan sikap pemuda yang sering tidak disiplin dan tidak menghormati orangtuanya.
“Karena itulah saya ingin meninggalkan pesan kepada anak muda. Anak-anak yang tidak diberi apa-apa oleh orangtuanya bisa jadi berselisih. Oleh karena itu saya mau memberikan nasehat, supaya mereka tidak bertengkar.”
Pak Soekarto memberikan beberapa pesan kepada pemuda Indonesia. Pertama, untuk tidak pernah melupakan orangtua. Orangtua, khususnya Ibu, sangat berjasa maka jangan lupa untuk selalu mendoakan mereka. Kedua, jangan lupa beribadah. Ketiga, kita harus selalu berdoa untuk mengawali pekerjaan ataupun kegiatan. Pesan terakhir adalah agar pemuda memiliki jiwa mengalah untuk menang. Pemuda harus berani mengorbankan hal-hal kecil walaupun itu keinginan pribadi, untuk sesuatu yang lebih besar gunanya. Pesan-pesan Pak Soekarto ini sangat sederhana, begitu sederhananya sampai membuat kami diingatkan bahwa jarang sekali kami mendengar pesan seperti ini. Mungkin Pak Soekarto ingin mengingatkan bahwa hal-hal besar harus diawali dengan hal-hal sederhana, hal-hal dasar.
Obrolan santai dengan Veteran ini kembali menarik kita ke hal-hal kecil yang seringnya kita lupakan seiring dengan semakin kompleksnya keadaan di sekeliling kita. Saya dan Kak Ardani merasa bersyukur mempunyai kesempatan mendengarkan cerita Veteran. Pasti masih banyak lagi yang Veteran ingin ceritakan kepada kita semua. Saya mengajak kakak-kakak relawan lain untuk melakukan hal yang sama di chapter masing-masing. Saya juga mengundang Kakak-kakak di Jakarta dan sekitarnya untuk ikut dalam kunjungan Veteran selanjutnya.