Volunteer Exchange to Philippines
Selama 14 hari, ketiga relawa yang di-host di kota General Santos dan Ozamiz di Filipina melakukan beberapa kegiatan seperti bertemu dan berdiskusi dengan relawan di Chapter terkait dengan program. Selain itu, mereka juga melakukan kunjungan ke sekolah, organisasi, dan beberapa tempat kultural yang berada di kedua kota tersebut.
Kak Bahrudin Syueb dari Chapter Karawang menceritakan pengalamannya ketika mengikuti program volunteer exchange yang telah memberikan kesempatan baginya untuk mengenal lebih dekat tentang kehidupan sosial di Filipina. Berikut adalah beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Kak Bahrudin bersama dengan relawan dan siswa hosting di Chapter selama mengikuti program:
1. Baranggay Palengke.
Kunjungan ke kantor Baranggay (Kelurahan) Palengke, di mana AFS mempunyai social project, memberi bimbingan belajar street children dari kawasan kumuh di kota Gensan yang letaknya di Baranggay Palengke. Anak-anak jalanan dikumpulkan di sebuah ruangan di bangunan pasar induk lantai dua, dan di sulap menjadi ruang kelas. Secara bergiliran setiap hari exchange student menjadi guru dan pengasuh mereka
2. Palangunsod (Kantor Wakil Walikota).
Mengikuti sesi Hearing antara wakil walikota dan councilors. Sebuah pengalaman berharga dimana Kak Bahrudin bisa duduk di ruang sidang dengar pendapat yang dipimpin oleh wakil walikota Gensan dan para Councilors (Kepala Dinas Kota). Kak Bahrudin dan dua siswa program sebagai foreign visitor diminta untuk maju dan memperkenalkan diri di podium. Selain itu, ada juga sedikit tanya jawab dengan hadirin peserta rapat. Acara ini diliput oleh kalangan pers, dimana Kak Bahrudin melakukan sesi foto bersama wakil walikota dan wawancara dengan media tulis dan elektronik, salah satunya CBS-News.
3. National Commission for Muslims Filipino.
Kak Bahrudin bertemu dengan pemimpin muslim di General Santos, yaitu dengan presiden Office of Muslim Affairs (OMA). Setelah berdialog dengan presiden OMA, Kak Bahrudin dapat sedikit lebih mengenal sisi kehidupan sosial masyarakat muslim sebagai minoritas di Gensan City. Pada kenyataannya, Konflik antara MILF dan Pemerintah Filipina yang diberitakan media jauh berbeda dengan kehidupan nyata sehari-hari yang damai.
4. Lembaga Pendidikan
Dengan selalu dikawal oleh pengurus chapter, kordinator hosting dan sending, Kak Bahrudin mengunjungi beberapa lembaga pendidikan formal dari Play Group sampai perguruan tinggi. Sistem pendidikan secara umum banyak kesamaan walau ada perbedaan yang mendasar. Masa pendidikan dasar ditempuh enam tahun, dilanjutkan ke sekolah menengah dengan nama High School selama empat tahun dan langsung ke perguruan tinggi. Di sistem pendidikan mereka tidak mengenal junior high school dan senior high school, hanya satu jenjang yaitu high school selama empat tahun. Sesuai keterangan dari beberapa guru dan kepala sekolah yang ditemui, tahun 2015 ini adalah tahun terakhir menerapkan sistem tersebut dan tahun depannya mereka sudah menggunakan K-12 (Kinder tweleve) pendidikan dasar dan menengah selama 12 tahun, sesuai standar pendidikan internasional.
Jam belajar siswa Philippine terasa lebih lama dibanding di tanah air. Sekolah dimulai pukul 07.30 sampai jam 16.30 dari Senin sampai Jumat. Sarana dan prasarana pendidikan, membandingkan dengan Kabupaten Indramayu tempat Kak Bahrudin tinggal, kita bisa dikatakan lebih maju dari mereka.
5. Kunjungan ke obyek wisata
Yang paling mengesankan selama dua minggu di Philippine, seluruh relawan Chapter dan siswa program pertukaran pelajar diajak mengunjungi obyek wisata pantai di Kambiaga, Glan Saranggani, satu setengah jam perjalanan darat dari Gensan City. Beach party diselingi dengan permainan-permainan antar sesama AFSer menjadi media untuk mempererat hubungan satu dengan yang lain. Pantai yang bersih dan laut yang aman untuk berenang, diselingi tawa ceria seluruh AFSer dari berbagai belahan dunia menjadi kenangan indah, pengusir homesick.
Di hari terakhir, bersama dengan Ketua Chapter General Santos, Kak Bahrudin mengunjungi Fish Port. Gensan dikenal sebagai Tuna Capital of The Philippines memang pas dengan kenyataan yang saya lihat. Para pekerja sibuk menurunkan ikan tuna dari kapal untuk ditimbang dan di packing. Satu ekor tuna ada yang berbobot 150 kilogram. Sebagian besar untuk diekspor. Tuna sirip kuning yang mereka dapatkan berasal dari perairan sekitar Kepulauan Maluku dan Papua, Papua New Guinea.